Ketika kita memaknai belajar sebagai proses mengeluarkan potensi anak, titik pergi kita dalam proses belajar merupakan anak. Pendekatan ini akan membikin kita berusaha mencari proses belajar yg lebih eksploratif. Subyek dalam proses pembelajaran bukan lagi mata pelajaran alias ketrampilan yg wajib dikuasai, melainkan pada anak itu sendiri.
Dalam pembelajaran eksploratif, semenjak kecil kita membiasakan diri untuk lebih menekankan pendekatan bertanya dan berdiskusi daripada mengajari dan memerintah. Kita semakin mencari umpan balik pendapat dan opini anak, dan memakai apa-apa yg dinyatakannya sebagai titik untuk berkembang.
Saat melihat film, kita bertanya terhadap anak apa yg ditontonnya. Saat membacakan buku, kita bertanya terhadap anak apa isinya dan pendapatnya. Usai berjalan-jalan keluar, kita bertanya pengalamannya. Saat dirinya berminat sesuatu, kita menantangnya dengan proyek dan ketrampilan. Dan sebagainya.
Sejak dini, kita membiasakan anak untuk berinisiatif dan berpendapat. Kita menciptakan kultur di dalam keluarga yg menghargai inisiatif dan pendapat anak; bukan mematikannya.
Berawal dari pertanyaan, keingintahuan, dan ketertarikan anak, semuanya mampu menjadi proses pembelajaran yg luar biasa. Bahkan untuk belajar mata pelajaran sekalipun. Kita mampu memulainya dengan menyediakan buku dan materi belajar sesuai level mereka. Biarkan mereka menyimak dan mendalami suatu tema tertentu. Tugas kita sebagai orangtua homeschooling merupakan menggali sejauh mana pemahaman mereka terhadap materi yg dipelajarinya dan kemudian memperkayanya (jika diperlukan).
Dalam pembelajaran eksploratif, semenjak kecil kita membiasakan diri untuk lebih menekankan pendekatan bertanya dan berdiskusi daripada mengajari dan memerintah. Kita semakin mencari umpan balik pendapat dan opini anak, dan memakai apa-apa yg dinyatakannya sebagai titik untuk berkembang.
Saat melihat film, kita bertanya terhadap anak apa yg ditontonnya. Saat membacakan buku, kita bertanya terhadap anak apa isinya dan pendapatnya. Usai berjalan-jalan keluar, kita bertanya pengalamannya. Saat dirinya berminat sesuatu, kita menantangnya dengan proyek dan ketrampilan. Dan sebagainya.
Sejak dini, kita membiasakan anak untuk berinisiatif dan berpendapat. Kita menciptakan kultur di dalam keluarga yg menghargai inisiatif dan pendapat anak; bukan mematikannya.
Berawal dari pertanyaan, keingintahuan, dan ketertarikan anak, semuanya mampu menjadi proses pembelajaran yg luar biasa. Bahkan untuk belajar mata pelajaran sekalipun. Kita mampu memulainya dengan menyediakan buku dan materi belajar sesuai level mereka. Biarkan mereka menyimak dan mendalami suatu tema tertentu. Tugas kita sebagai orangtua homeschooling merupakan menggali sejauh mana pemahaman mereka terhadap materi yg dipelajarinya dan kemudian memperkayanya (jika diperlukan).